10 Puisi Sehari-Hari
10 Puisi Sehari-Hari
Karya Yustiningsih, S.Pd.M.T. Guru Bahasa Indonesia SMAN 1 Jombang
Puisi Satu
Awali dengan Bismillah
Segalanya bermula
Dengan menyebut nama Allah
Agar dijauhkanlah setan
dari apa yang direzekikan
Berjuta hikmah
tersimpan
Dalam mengawali perbuatan
Dengan bismillahirrahmaanirraahiim
adalah baris pencarian barakah
Begitulah
Apabila disebutkan
Di permulaan kitab atau di awal risalah
Buah barakah baginya.
Dalam pesannya permohonan pertolongan
kepada Allah ta’ala
Adalah Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bercerita
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda,
“Setiap perkataan atau perkara penting yang tidak dibuka dengan dzikir pada Allah, maka terputus berkahnya.”
Begitulah Ahmad
Engkau meriwayatkan
Puisi Dua
Tersenyumlah
Walau penat
Menanggung berat dunia
Mengurai rumit sejuta problematika
Mengeja tertatih memikul beban aksara ujian
Mengulumkan sesentimeter ke kanan
Sesentimeter ke kiri
Terasa lebih indah dan harum dengan senyuman
Karena Nabimu telah bersabda
“Senyummu di depan saudaramu, adalah sedekah bagimu”
Cobalah
Meski berat kepada yang telah meluka hati
Agar syetan tak bertepuk gembira merayakan kemenangannya
Maka dunia melayang seringan kapas
Serupa wangi melati
Memerdekakan jiwa yang tersandera
Senyum itu membahagiakan
Aku dan kamu
Puisi Tiga
(Bunglon)
Hijau bila di pohon
Mendarat cokelat meniarap tanah
Gatal melihat kulit menjijikkan
Bila lidahnya menjulur
Tandanya lapar tersiksa dahaga
Dijualnya semua warisan keluhuran
Menoleh ia nampak manis
Menunduk sesungguhnya menjilat kotor ludahnya
Muak aku memandang
Muslim pernah meriwayatkan
“Kalian akan mendapati
seburuk-buruk manusia
adalah orang-orang yang bermuka dua.
Dia mendatangi kelompok yang ini
dengan satu wajah,
dan mendatangi kelompok lainnya
dengan wajah lain pula.”
Catat itu
Jangan terjadi pada anak turunmu
Puisi Empat
Rakus
Ada segunung
Mencangkul dua gunung
Dilahapnya dengan mulut menganga membusa
Ditelannya hujan dan semua kotoran
Dari langit
Bahkan sampah bumi pun melompat menyukainya
Lalu busuk bangkai karena bertikai
Berebut nanah disuburkan tahi lalat
Rasulullah bersabda,
“Di antara orang yang paling buruk
kedudukannya
pada Hari Kiamat
adalah seseorang hamba
yang menghancurkan
akhiratnya
demi merebut dunia
milik orang lain.”
Naudzubillah
Puisi Lima
Selamat Panjang
Abu Bakrah bercerita,
bahwa suatu kali seseorang bertanya
kepada Rasulullah, sang baginda
“Orang seperti apakah yang paling baik?”
Beliau menjawab,
“Orang yang panjang umurnya dan baik amalnya.”
Dia bertanya lagi,
“Lalu, orang seperti apa yang paling buruk?”
Beliau menjawab,
“Orang yang panjang umurnya, tapi jelek amal perbuatannya.”
Catatkan aku hanya pada pesan pertama
Sudah kutangkupkan
Tak ada yang lain ada
Puisi Enam
Siapa Baik, Siapa Buruk?
Aku berangan
Suasana kala itu
Tatkala Abu Hurairah bercerita,
bahwa
suatu kali Rasulullah berdiri
di dekat beberapa orang yang duduk-duduk,
lalu bertanya,
“Maukah kalian aku beritahu
siapa orang terbaik
dibandingkan orang terburuk
di antara kalian?”
Mereka pun terdiam
Beliau mengulangi
pertanyaannya tiga kali,
lalu ada seseorang yang menjawab,
“Mau, wahai Rasulullah.
Beritahu kami
siapa orang terbaik
dibanding orang terburuk di antara kami.”
Beliau bersabda,
“Yang terbaik
di antara kalian
adalah orang yang bisa
diharapkan kebaikannya
dan dirasa aman dari keburukannya.
Sedangkan
orang terburuk
di antara kalian
adalah orang yang tidak bisa diharapkan kebaikannya
dan justru tidak bisa dirasa aman dari keburukannya.”
Aku tertegun
Semoga tidak menjadi yang terburuk
Puisi Tujuh
Yang Jauh
Adalah masa lalu
Karena kita tak pernah menjangkaunya lagi
Yang dekat
Adalah kematian
Karena sewaktu-waktu
Ia akan mendatangi
Yang besar itu
Nafsu
Karena mengangkangi
Semuanya
Yang berat
Adalah amanah
Karena akan dimintai pertanggungjawaban
Yang tiada terasa
Berbuat dosa
Bila tanpa sadar
Kita sering terjerumus ke dalamnya
Yang tajam itu
Lidah
Bila mudah menorehkan luka di hati
Yang indah itu
Memaafkan
Karena menentramkan semua jiwa
Yang panjang itu
Amal shalih
Karena akan menemani kita
Hingga akhirat nanti
Puisi Delapan
Tunaikan Lima Hak
Pergi aku padamu
Pada indahnya matahari membuka cerita
Teringat pesan
“Apabila engkau bertemu, ucapkanlah salam padanya”
Bunga berjajar kemudian tersenyum
wanginya merangkai indah kehidupan
lalu kau berbisik
besok bila waktu tak menyesak jantungmu
datanglah pada pesta indah dzikir kita
Melompat girang jiwaku
menelisik suara
“ Apabila engkau diundang, penuhilah undangannya,”
Berbinar bahagia mata khayalku
Teringat yang sudah kita rajutkan di bawah deras hujan cinta
Lalu kita bermesra
Dengan nasihat yang kau pinta
Bahagia lagi aku melamunkanmu
Meraba frasa seloka majemuk bertingkat
“Apabila engkau dimintai nasihat, berilah nasihat padanya,”
Begitulah sebongkah salju kesejukan
menyiram deras kesegaran cinta kita
Dingin yang menyandera
Semoga tak bersuara menendang udara napasmu
Melesatkan lega
Terantuk pada kepala hatiku
kemudian kita tersenyum
bahagia bersama mengingat
“ Apabila dia bersin lalu dia memuji Allah (mengucapkan ’alhamdulillah’), doakanlah dia (dengan mengucapkan ’yarhamukallah’),”
Sore itu telah indah kita mengukir aksara
Beraduan kita bercinta tak melupakan semuanya
Bila kemudian ulat mengusik daun asmara kita
Aku tetap setia berkunjung pada luas ladang hatimu
Karena telah kita torehkan pada prasasti hati
“Apabila dia sakit, jenguklah dia,”
Aku purnakan lembar kesetiaan kita
Mengintip pada pesan malaikat menghitung nyawa
Bergetar jemari hidupku
Ketika kalimat sudah harus usai dituliskan
“Apabila dia meninggal dunia, iringilah jenazahnya (sampai ke pemakaman).”
Maka kusembahkan indah seikat doa
Mawar yang telah setia kau kirimkan
Wanginya kembali mengiri pusara keabadian
Sendiri aku berdiri
Menyusul pasti semua menanti
Puisi Sembilan
Guru Hatiku
Memulai kelas sudah berwudhu
Ditatanya siswa memadu kata
Ditanya mereka sudah suci pulakah semua?
Bila masih ada yang belum tenang
Diambilkan Al Quran satu-satu
Mari memulai Nak
Mengeja bersama-sama
Tentang damainya pesan yang disampaikan
Memulai taawudz basmallah
Merencanakan masa depanmu
Ayat pertama menyiram kalbu
Selanjutnya menguatkan ketentraman
Mari baca dengan thumakninah
Agar pintu hatimu terbuka tenang
Menangkap ilmu
Bila hatimu lalai
Segera balik ke kitab sucimu
Di mejamu tak lama lima belas menit seharian
Selepasnya mengiringi langkahmu
Dengan doa dan angka-angka klausa
Puisi Sepuluh
Memandangmu Lama
Tulisanmu yang meminta dispensasi
Berobat mencabut gigi
Tetapi mengapa lama tiada tiba
Rupanya watak memang tiada cepat berubah
Engkau selalu seperti yang dulu
Bila pun berubah
Karena hanya sabar dan cintaku
Mengingatmu
Mengenangku ketika semasamu
Mengapa tersenyum ibu?
Memandangmu
Aku tersenyum